Sunday, April 24, 2011

Hidup Alami, Sebuah Keniscayaan

Beberapa tahun terakhir ini, setelah tersebar luasnya informasi tentang pemanasan global, mulai banyak kegiatan yang semakin meningkatkan kesadaran untuk peduli pada alam, go green, dan back to nature.

Pada tahap yang paling awal, peduli pada alam adalah untuk kepentingan alam itu sendiri. Atau kalaupun ada manfaatnya untuk kita, manfaatnya adalah dalam jangka panjang, untuk anak cucu kita.

Kita mengurangi penggunaan plastik misalnya, dengan pertimbangan bahwa plastik sulit terurai, maka semakin lama sampah plastik akan bertumpuk, dan pada jangka waktu yang lamaaaa nanti, manusia mungkin akan kesulitan mengatasinya.

Kita mendaur ulang kertas, agar penebangan hutan dapat dikurangi. Jika tidak dikurangi, mungkin dalam jangka waktu yang lamaaaa nanti, hutan akan habis dan kita akan mengalami kesulitan air karena kurangnya hujan, atau justru banjir, serta suhu bumi yang semakin meningkat.

Tapi lebih jauh lagi, kepedulian pada alam, hidup alami, sebenarnya bukan hal yang "boleh juga dilakukan" atau "lebih baik untuk dilakukan" atau "perlu dilakukan untuk masa depan". Pada dasarnya kita dan alam saling membutuhkan kehidupan alami ini, sejak dulu dan berlanjut sampai sekarang.

Dalam penelitiannya, dr. Hiromi Shinya, penulis buku Miracle of Enzymes dan Faktor Mikroba, menemukan bahwa yang dibutuhkan dari makanan adalah enzim, yang hanya ada pada makanan alami.

Dan makan makanan alami adalah justru yang memang dibutuhkan tubuh kita. Kita mungkin merasa kenyang dan nikmat dengan aneka makanan cepat saji atau makanan yang sudah diproses bahkan diawetkan dengan aneka zat kimia. Namun bagi tubuh kita, ternyata makanan tersebut hampir tak ada gunanya, malah menyulitkan dalam mencernanya, dan menjadi sampah dalam tubuh.

Lebih jauh lagi, dr. Hiromi menemukan hubungan antara seseorang dan tempat lahirnya. Bahwa seseorang biasanya akan lebih cocok dengan makanan yang berasal dari lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini ternyata sejalan dengan upaya menggalakkan penggunaan produksi lokal, untuk mengurangi transportasi akibat proses ekspor impor antar negara, yang akhirnya mengurangi tingkat polusi.

Dr. Hiromi juga menyarankan untuk lebih memperbanyak memakan buah dan sayur yang kaya akan enzim yang merupakan "sumber kehidupan". Hal ini ternyata sejalan juga dengan penelitian lingkungan bahwa peternakan merupakan salah satu sumber terbesar pemanasan global.

Penggunaan plastik, yang sekarang sudah begitu mudah dilakukan, ternyata jika tidak dilakukan secara hati-hati membuat makanan tercemar bahan kimia. Dan memang ternyata plastik sulit terurai, sehingga harus kita minimalkan.

Dari beberapa contoh tersebut, mudah-mudahan dapat dipahami, bahwa hidup sehat alami ternyata merupakan kebutuhan kita yang juga kebutuhan alam. Pada dasarnya kita adalah bagian dari alam, sehingga jika kita melakukan sesuatu yang tidak baik untuk alam, sebenarnya (walaupun tidak kita sadari) akan berdampak buruk juga pada kita.

Maka, mari kita mulai hidup alami, sekarang juga. Bukan untuk anak cucu kita saja, tapi untuk kita dan alam, saat ini.

2 comments:

  1. setuju gan, jangan sampai kita hidup egois.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul gan..
      terima kasih sudah mampir dan kasi komentar yaaa..

      Delete