Thursday, October 11, 2012

Usia Memang Sudah Ditakdirkan, Tetapi..



Kemarin baru ada teman saya cerita, tentang temannya yang baru saja meninggal di usia 40, karena stroke. Tekanan darah ketika serangan stroke 260 (normal 120). Wow!

Saya yang cukup peduli dengan masalah hipertensi langsung memberondong teman saya itu dengan berbagai pertanyaan.

Apakah selama ini memang sudah ada kecenderungan hipertensi? Apakah sudah dilakukan terapi untuk hipertensinya? Apakah ini serangan pertama, atau ke sekian?

Ternyata jawabannya demikian :

Sang teman selama ini anti dokter. Tidak pernah mau dibawa ke dokter. Kalau diajak atau diingatkan, marah. Dan kejadian stroke ini baru pertama kali, dan menyerang ketika dia sedang emosi karena marah pada karyawannya.

Waduh.

Memang ada orang yang anti dokter, anti obat medis. Tetapi seharusnya indikasi-indikasi kesehatan tetap harus dipantau. Karena bila kita tahu ada yang menjadi masalah, kita bisa lebih hati-hati, bisa lebih waspada, bisa menjaga diri, bisa memilih makanan, bisa memperbanyak olah raga, bisa mencoba aneka solusi  herbal kalau memang anti obat dokter.

Tapi, memang ada sebagian orang yang memilih untuk tidak tahu. Agar tidak menjadi cemas, kepikiran. Walaupun buat saya ini tidak logis, tetapi kenyataannya ada yang berpikir demikian.

Dan salah satu alasannya adalah bahwa usia sudah ditakdirkan, kalau sudah waktunya wafat, akan wafat. Kalau belum waktunya, akan tetap hidup.

Tetapi, selama masih ada yang bisa diusahakan, bukankah lebih baik kita berusaha agar tetap sehat, menjaga amanah tubuh yang dititipkan Tuhan pada kita?

Namun, barangkali memilih untuk tidak tahu pun, adalah jenis upaya juga yaa.. Karena dia memahami dirinya sendiri, bahwa kalau dia tahu bahwa dia sakit, dia malah akan makin stress..

Setiap orang punya cara berjuangnya sendiri..  Mungkin..

Wednesday, October 10, 2012

4 Tingkat Kurang Sehatnya Mi Instan



Mi instan, iklannya sedemikian gegap gempita, dan sudah pula menjadi makanan favorit bagi banyak sekali orang Indonesia, dengan rasa gurih nikmat yang sangat menggoda :-) Praktis dan nikmat, biasanya itu yang menjadi alasan utama. Di sisi lain, sudah makin banyak dipahami bahwa mi instan itu sebenarnya kurang sehat. 

Kalau saya coba definisikan, ada 4 tingkat kurang sehatnya mi instan.

Pertama, kandungan MSG.

Untuk faktor kurang sehat tingkat pertama ini, sebenarnya sudah banyak yang menyadari. Dan seperti saya, entah karena sugesti ataupun memang ada dampak fisik, biasanya memang pusing kalau setelah makan mi instan dengan bumbu lengkap.

Mereka yang sudah menyadari buruknya MSG tapi masih tetap tidak bisa meninggalkan mi instan, biasanya makan mi instan dengan separuh bumbu, atau bahkan tanpa bumbu sama sekali, diganti dengan bumbu buatan sendiri. Dan sebenarnya, jika kita memasak mi instan tanpa bumbu sama sekali, lebih baik kita beli mi telur yaa?

Namun, di luar MSG, masih ada faktor kurang sehat dari mi instan, yaitu faktor kedua berikut.

Kedua, pengawet/anti lengket pada mi.

Ada yang mengatakan bahwa makan mi tidak apa-apa, toh orang Cina setiap hari makan mi, tapi sehat-sehat saja. Saya pernah bicara juga dengan seorang keturunan Cina, dia bilang memang ada mi yang sehat-sehat saja, tapi, banyak juga mi yang mengandung pengawet dan bahan berbahaya.

Pada mi instan, ada resiko penggunaan pengawet dan zat anti lengket yang membuat mi tidak saling berlengketan. Kalau kita pernah lihat mi yang fresh, biasanya lengket dan perlu diberi tepung.

Mereka yang sudah menyadari ini, biasanya masak mi instan kemudian membuang air rebusan pertama, untuk menghilangkan zat-zat yang dianggap kurang baik, dan memberikan air baru yang direbus kembali untuk menjadi kuahnya.

Namun, masih ada faktor lain kurang sehatnya mi instan, yaitu faktor ketiga berikut.

Ketiga, terigu sebagai bahan baku mi instan.

Bagi mereka yang lebih memperhatikan kesehatan, terigu biasanya termasuk salah satu bahan yang dihindari karena kandungan gluten pada terigu berdampak memperberat pencernaan. Bahkan pada beberapa orang, terigu sama sekali dilarang, misalnya mereka yang autis. Berikut tulisan dari Pak Wied, pakar gizi, tentang terigu

Maka mereka yang menyadari ini, biasanya mencari mi dengan bahan non terigu, seperti bihun dari beras, mi singkong, dan aneka mi sayur yang walaupun masih menggunakan terigu tetapi sudah dikombinasikan dengan sayur. Rasanya memang agak berbeda dengan mi terigu, tetapi lumayan untuk "pengobat rindu" :-)

Namun, bagi mereka yang sangat peduli dengan kesehatan, masih ada faktor kurang sehatnya mi ini, yaitu faktor keempat berikut.

Keempat, mi adalah makanan olahan.

Walaupun terbuat dari singkong ataupun sayur sekalipun, ketika menjadi mi, maka sudah terjadi proses pengolahan yang panjang. Padahal makanan yang paling sehat adalah yang paling dekat dengan kondisinya di alam, yang sesegar mungkin. Seperti yang dijelaskan di buku dr. Hiromi Shinya tentang enzim.

Maka mereka yang menyadari ini akan meminimalkan mi, walaupun itu mi sayur, mi beras, mi singkong, karena yang mereka cari adalah makanan yang sehat, segar, alami. Sayur segar, kentang segar, singkong dan singkong segar.

Dan untuk mereka ini, rasa bumbu mi instan yang “super gurih nikmat” itu tidak lagi terasa nikmat, karena rasa alami inilah yang justru mereka sudah terbiasa. 

Berminat berpindah ke hidup makin sehat? Yuk pelan-pelan beralih, bisa mengikuti tahap-tahap di atas :-)

Tuesday, October 2, 2012

Makanan Sumber Kalsium Tinggi

Kadang-kadang anak kita tidak mau minum susu, atau ada juga yang berpendapat bahwa susu tidak terlalu dibutuhkan tubuh. Lalu, dari mana sumber pengganti kalsium?

Berikut sharing dari Mom Vanessa di milis asiforbaby tercinta : 

==

Ini bahan pangan tinggi kalsium dr www.cdc.gov  (Food Amount of Calcium in milligrams (mg) :

1 cup of milk 300
6 oz of yogurt 350
1 oz hard cheese (cheddar) 240
2 slices processed cheese 265 1/4 cup cottage cheese 120
1/2 cup soft serve frozen yogurt 100
1/2 cup ice cream 85
1/2 cup tofu 258
1/2 cup pinto beans or chick peas 40
1/4 cup almonds 95
1 Tbsp almond butter 43
1 Tbsp sesame seeds 90
1/4 cup Brazil nuts or hazelnuts 55 8 medium sardines (canned) 370 3 oz salmon 180
1/2 cup oysters (canned) 60
1/2 cup shrimp (canned) 40
1/2 cup bok choy 75
1 cup broccoli 178
1 cup celery 54
1 cup cooked green beans 58
1 cup cooked butternut squash 84 1 cup cooked sweet potato 70
1 medium naval orange 56
2/3 cup raisins 53
1 cup calcium-fortified orange juice 300
1 cup enriched soy milk 300
1 cup enriched rice milk 300

Tambahan :
Tempe kaya kalsium + zat besi

==