Wednesday, December 7, 2011

17+7 Alasan Tidak Menggunakan Susu Formula (Sufor)

Berawal dari diskusi di milis asiforbaby, tentang salah satu ibu yang minta masukan 20 alasan tidak menggunakan sufor, yang merupakan permintaan ayahnya, yang ingin cucunya diberi sufor.

Mudah-mudahan bermanfaat untuk ibu sekalian, yang barangkali sedang mempertimbangkan untuk memberikan sufor untuk bayinya, atau yang sebenarnya ingin tetap ASI, tetapi ada pihak lain yang menyarankan untuk memberikan sufor.

Saya bukan anti sufor, anak ketiga saya ASI plus sufor karena memang ASI pompaan saya selama jam kerja tidak mencukupi. Namun, penggunaan sufor harus dengan pertimbangan yang sangat-sangat panjang, dan merupakan alternatif terakhir setelah upaya peningkatan produksi ASI dan penggunaan donor ASI.


Dari saya, ketemu 17 alasan berikut, dalam point-point yang singkat :

1. ASI masih cukup
2. Sufor bisa membuat sembelit, pada beberapa kasus membuat mencret
3. Kalau sudah minum sufor ada kemungkinan ngga mau ASI lagi, karena rasa sufor yang lebih "enak"
4. Sufor adalah susu sapi, bagaimana pun ada kemungkinan ketidakcocokan dengan bayi non sapi
5. Ada beberapa kasus bayi memiliki intoleransi terhadap laktosa pada susu formula
6. Ada beberapa bayi alergi sufor (bintik merah, gangguan pernafasan)
7. Sufor lebih sulit dicerna bayi, karena komposisinya berbeda dengan ASI
8. Beberapa bayi cenderung menjadi kegemukan setelah minum sufor
9. Anak menjadi keterusan minum susu padahal setelah besar tidak perlu lagi
10. Perlu biaya tambahan untuk beli sufor, ASI gratis
11. Sufor adalah susu cair yang dikeringkan lalu dicairkan lagi, proses pembuatan terlalu panjang, nilai gizi sudah sangat berkurang
12. Sufor banyak ditambahkan zat-zat kimia untuk mengganti gizi yang hilang, memberatkan ginjal bayi
13. Beratnya kerja ginjal dan pencernaan karena minum sufor, dapat menyebabkan tubuh tidak fokus, sehingga daya tahan tubuh berkurang
14. Karena rasa sufor yang manis, anak menjadi pemilih makanan
15. Jika anak terlalu banyak minum sufor karena rasanya yang manis, jadi terlalu kenyang untuk makan yang lain
16. Sufor dibuat untuk pengganti ASI, jika ASI masih ada, tidak perlu sufor
17. Susu bubuk awalnya dibuat untuk dibawa ke daerah yang jauh, agar tidak rusak. Jika kondisi tersebut tidak terjadi, sebenarnya tidak perlu susu bubuk.


Dari member milis yang lain, yang pernah bekerja di perusahaan susu, ada 7 point yang lebih komprehensif berikut :

1. Sufor adalah susu sapi yang sampai kapanpun tidak akan pernah sama dengan ASI.

2. Sufor yang tagline-nya kaya akan AA, DHA, kolin, dll yang fungsinya untuk otak, itu adalah smuanya premix atau bahan kimia sintetis & bukan alami. Sebagaimana kita tahu bahan kimia sintetis/buatan yang bila diberikan dalam jangka panjang akan memberikan efek samping yang dikhawatirkan akan merugikan.

3. Gula pada sufor mayoritas berupa sukrosa (dengan jumlah yang sangat tinggi di salah satu sufor). Ada juga sufor yang klaimnya tidak mengandung gula, tetapi gula karbohidrat berupa laktosa yang mirip dengan ASI. Namun, sampai kapanpun tidak akan pernah ada produsen yang dapat membuat gula persis dengan ASI. Gula tambahan itu yang akan menjadi bahan aditif, sehingga bayi ketergantungan pada sufor karena rasanya yang manis. Gula itu juga bersamaan akan mengganggu kerja organ ginjal bayi sehingga lebih berat untuk mencerna gula atau disebut Renal Salute Load (RSL).

4. Kasein pada sufor susah dicerna oleh bayi, sehingga membuat gumpalan di pencernaan bayi, yang membuat bayi mengalami gangguan pencernaan.

5. Memberatkan kantong :-)

6. Jika diperhatikan di setiap kemasan sufor pasti ada tulisan keciiiilll "ASI adalah makanan terbaik untuk bayi". Jadi di setiap kemasan ada warning, tetapi tetap menggencarkan kampanye untuk menjaga kontinuitas usahanya. Hal ini sebenarnya sudah melanggar peraturan dari WHO yang menyatakan bahwa sufor itu hanya untuk bayi yang benar-benar sangat tidak bisa mendapatkan ASI dari ibunya, karena ibunya mengalami gangguan sehingga ASI tidak keluar dalam jangka waktu lama) dan pemberiannya harus berdasarkan resep dokter.

7. Business is business, dan target sufor tetap berjalan, sehingga marketing tetap digencarkan untuk mengeluarkan stock sufor untuk bayi yang sebenarnya tidak membutuhkan.

Tuesday, December 6, 2011

Kurma dan Ulat Imut

Saya penggemar kurma, apa lagi setelah mulai food combining dan baca buku Hiromi Shinya, bahwa cemilan yang "dibolehkan" adalah buah, satu-satunya buah yang gampang disediakan kapan saja adalah kurma.

Kurma favorit saya adalah kurma Tunisia, yang masih ada batangnya. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, kurma agak sulit dicari kalau bukan bulan Ramadhan. Termasuk juga kurma Tunisia saya ini. Namun alhamdulillah, ternyata penjual buku di kantor bisa membantu mencarikannya. Jadi setiap dua mingguan sekali, saya beli kurma untuk di rumah dan di kantor.

Beberapa bulan lalu, saya sempat berhenti suka kurma ini karena ketemu binatang-binatang kecil seperti kutu berlarian dalam kotaknya, hiyyyy..

Tapi karena tidak ada kurma pengganti yang rasanya cocok, akhirnya saya kembali, dan pasrah dengan binatang kecil itu, saya anggap sahabat baru saya, walaupun biasanya kalau ketemu, mereka saya "pites" :-)

Maka setiap makan kurma ini, saya selalu periksa dulu, kalau ada yang berkeliaran, saya pilih yang lain dulu :-)

Tapiiiii, hari ini ada yang lebih dahsyat. Ada ulat putih keciillll di kurma saya. Aaaaaa.. seraam.. Pertama ada satu, jalan-jalan di meja kerja saya. Sambil menahan seram, saya ambil dengan tisu, saya buang. Yang lebih dahsyat lagi, barusan saya makan kurma, saya periksa aman. Ketika sudah saya kunyah, kok ada sesuatu yang bergerak di pinggir bibir saya, oooooowhhh ternyata ada ulat putih kecil.. Huhuhu.. seraaaam..

Tadinya saya mau buang saja kurma ini, karena "mengkhianati" saya dengan menampilkan ulatnya sedemikian rupa. Tapii, saya baca-baca di internet, ternyata ada hadits tentang ini, yaitu Rasulullah memerintahkan jangan membuang kurma yang di dalamnya terdapat ulat, namun membersihkannya (HR. Abu Dawud no.3832).

Nggak jadi dibuang deh :-)
Sekarang bersama kurma, saya jadi punya dua sahabat, sang kutu mungil dan sang ulat imut.. :-)

Sunday, December 4, 2011

Mamalia ASI

Copas dari milis balita-anda dan asiforbaby, artikel bagus banget tentang Mamalia ASI, bisa jadi analogi buat kita dan ASI, plus info anak-anak sapi yang kehilangan susu induknya, plus ada juga satu info yang menarik, bahwa sebagai pengganti kolustrum untuk mamalia, digunakan ramuan yang salah satu bahannya adalah madu..

Sumbernya dari :
http://www.facebook.com/notes/fitri-titi/mamalia-asi/10150382888141516?_rdr

Semoga bermanfaat yaaa.. :-)


==

MAMALIA ASI

oleh Fitri Titi pada 29 November 2011 jam 8:01

Sore itu hujan turun cukup lebat di Jogja utara. Kulihat adikku yang cantik, winantika, bengong2 saja menatap hujan sambil nyruputin teh anget. Iseng2, kuajak dia ngobrol. Oiya, winantika ini mahasiswi tingkat akhir di fak kedokteran hewan ugm sodara2. so cekidot, obrolan kami menarik deh, sumpeh... karena waktu itu obrolan mengalir begitu saja, di tulisan ini kukelompokkan gitu deh, ada yang tentang mastitis pada hewan, kolostrum, komposisi susu hewan, dan donor asi hewan, juga sapi yang dipaksa nggak nyusu induknya...

Fitri Titi (FT) : Dek Win, ada pelajaran tentang mamalia pastinya ya..

Winantika (W) : yoiiii


FT : Mamalia itu anaknya nyusu khan ya?

W : yup


FT : Nah mamalia yang asi itu adakah kasus yang induknya gak bisa menyusui ?

W : Ada mbak , biasanya kena mastitis. Kayak kucing, sapi, babi, anjing , dsb , biasanya gak menyusui karena mastitis


FT: Artinya asi-nya ada, tapi karena penyumbatan jadi mastitis,gitu-kah?

W: Iya, sebenernya asi-nya ada , makanya kalau mastitis, payudaranya jadi bengkak . Ada juga sih yang mastitis subklinis, gakda nimbulin gejala.


FT: Okay. Pertama yang mastitis dulu, itu kalau dibedah, setelah itu induknya bisa nyusuin-kah?

W: Biasanya kalau mastitis , gak dioperasi , tapi diobatin saja, pake antibiotik gitu.


FT: Ooo, habis diobatin terus lancar menyusui D?

W: Iya , tapi terapinya lumayan agak lama lho ya. Mastitis ada juga yang masih teteup keluar air susunya , yang begini malah bahaya karena anaknya yang bakal kena bakterinya dari mastitis induknya.


FT: Lah kalu yg subklinis pertolongannya gimana? Khan tanpa gejala tuh?

W: Sama lah mbak disuntik antibiotik intramamari. Karena nggak ada gejalanya makanya harus cek lab. Biasanya positif bakteri. Dan kalau sudah akut ya tandanya tiba2 saja air susunya gak keluar mbak.


FT: Kalu sampe asi gak keluar (pada yang subklinis atopun bukan) njuk piye bayi mamalia nya?

W: Biasanya kalau pada sapi, khan anak sapi baru lahir butuh kolostrum tuh, ya biasanya kita kasih ke induk lain mbak. Ato pake kolostrum buatan. Khan bisa dibuat mbak.


FT: Kolostrum buatan? Kaya susu sapi bubuk pada bayi manusia dunk hehehe… Itu berlaku pada sapi saja atau juga kucing, anjing, gajah dll?

W: Yaaa kadang pake susu dari induk sapi lainnya, trus ditambah ramuan , kayak madu dll, aku lupa je ramuan resepnya hehehe. Trus abis itu diminumin, disuapin sama mahasiswa2 gitu mbak. Kalau kucing juga dicari ibu pengganti, soalnya kalu kucing khan nggak boleh pake susu sapi. Lebih susah lagi mbak kalau untuk anjing ato kucing, karena susunya harus non laktosa. Khususnya kucing, bener2 harus non laktosa, jadi ada khusus susu kucing. Jadi bayi kucingnya nggak boleh dikasih susu formula apapun, kecuali anak kucing itu udah lumayan gede


FT: Maksudnya kalau di hewan yang jadi masalah itu perbedaan laktosa? *sori gak mudeng sisan sinau*

W: misalnya itu. Gini deh, kalau susu sapi kan ada kandungan laktosanya, nah kalau kucing tuh nggak ada laktosanya di dalam susunya. So kalau anak kucing itu dikasih susu yang mengandung laktosa wah kasian abis deh. soalnya harusnya non laktosa, itu kalau kucing karena bisa berakibat kematian mbak. Jadi imunosupresi ( kekebalan imun turun )


FT: Haaah? Sampai kematian? Wih ngeri juga ya. Kalu kucing kena laktosa gitu, diare gak? *maap pertanyaan lugu*

W: hadeh plis deh, ya eyalah. Kalau kucing kena laktosa bisa diare parah, trus bikin kerusakan sistem pencernaan, terus ya mati mbak, gak ada pertahanan tubuh juga kan. Soalnya buat anak hewan baru lahir, pertahanan tubuh itu ada di kolostrum, nah kolostrum cuma dihasilkan pada pertama susu keluar. Kalau dari awal udah nggak disusui , berarti daya tahan tubuh si bayi kucing ato bayi hewan lain itu ga ada.


FT: Subhanallah, artinya sebetulnya Allah sudah mendesain kebutuhan asi yang spesifik untuk setiap jenis spesies ya. Asi kucing ya cocoknya untuk bayi kucing, asi sapi untuk sapi dst.

W: hahahaha, Iyaaap , betul sekali. Ya eyalah ,susu sapi ya buat sapi , sebenernya memang nggak boleh kalau hewan lain harus dikasih susu sapi walaupun manusia minum susu sapi juga ya,,hihi hehe haha. Lebih rentan mbak kalau hewan, soalnya komposisi susu sapi ato susu hewan lain itu masing2 beda lho mbak


FT: Nah lho, ini dia nih, antar hewan saja beda komposisi susunya, apalagi antara susu hewan dengan manusia ya *menerawang*

W : Iyaaa lah mbak beda bangeting banget. Makanya kasihan banget ya kalau bayi nggak dikasih asi. Termasuk bayi manusia lho, meskipun aku gak belajar banyak bayi manusia, tapi manusia mamalia juga khan hahahahaha... Nggak cuma laktosa saja lho mbak yang jadi masalah kalau di hewan.


FT: persis plek lho d Win karo pelajaranku asi, sampe merinding dengerinnya

W: Oalaaaah, iya mbak, aku juga dapat yang manusia, tapi nggak begitu banyak, cuma buat pembanding aja. Aku juga merinding sama nelangsa dulu pas kuliah yang mamalia-mamalia gitu. Kasian puoool. Apalagi sapi perah, sejak pertama lahir langsung dipisah dari induknya mbak. Jadi bayi sapi perah diminumin pake kolostrum buatan dan harus dijatah kalau minum. Soalnya khan susu induknya buat manusiaaa. Jadi anak2 sapi perah dari pertama lahir udah langsung nggak dapet susu induknya langsung mbak


FT : *nangis guling-guling* Jahatnya manusia ya. Terus sapi2 itu nyusu apa? Ato nyusu siapa?

W: Iyaaa sebenernyaaa jahat, hiks. Ya pake susu sapi yang udah diperah manusia itu dan minumnya dijatahin. Aku dulu setiap sore nyusuin bayi sapi pake dot. Kasiaaaaaan banget. pertama-pertama nglakuinnya, aku sampe nangis Mbak ngedotin bayi sapi. Wong ya induknya ada kok harus minum asi perah induknya dan dijatah. Aku ngebayangin kayak manusia gitu. Apapun khan sapi juga makhluk hidup tho. Kan harusnya dia bisa minum sepuasnya dari induknya. Tapi karena komersil, ya mending diperah buat manusia, khan dijual ngedatengin duit bo.


FT: Sapi perah itu apa menghasilkan susu setiap saat? Kalu pas ora lahiran opo yo metu susune?

W : yo nggak lah mbak, cuma pas masa laktasi aja dia keluar susunya. Trus kalu abis masa laktasi, masuk masa kering dulu, abis itu baru sapi dikawinkan lagi. Nah kalau dia ngelahirkan khan berarti susunya keluar lagi, and diperah lagiii , gitu deh seterusnya


FT: Berarti opo disuntik sesuatu supaya bisa keluar susu terus?

W: Ya ga mbak . Ga disuntik apa2 mbak , cuma ditunggu masa laktasinya ajaaa


FT : Nah tuh sapi tadi, jaraknya dari melahirkan, kering, dikawinkan lagi, sampai melahirkan lagi berapa bulan :D?

W: Bagusnya satu tahun mbak , soalnya mempengaruhi kualitas susunya


FT : Berarti dalam setahun masa panen perahnya sekali ya. Selama berapa bulan D Win masa perahnya?

W: Masa laktasi 10 bulan mbak


FT : *mulut mangap udah napsu maw tanya2 lagi niy* eh winantikanya sudah keburu beberes mau nengok ayam2 di kandang katanya. Padahal hujan masih dueres L (lebih tepatnya ngobrolku belum puas tuntas neeeh).

Okay deh, thanks d winantika. Kapan2 terusin lagi yak...


------------------------
jogja utara,
obrolan di awal nopember 2011

Susu Formula Seharusnya Pakai Resep Dokter

Copy paste dari milis Gizi Bayi Balita, di paling bawah ada ulasan dari Pak Wied Harry, ahli gizi. Semoga bermanfaat, mari kembali ke cara yang alami yang lebih sehat. Manusia bagian dari alam, maka yang paling tepat untuk manusia adalah yang alami :-)

==

Susu Formula Seharusnya Pakai Resep Dokter

Sebenarnya setelah berusia 2 tahun, anak tidak membutuhkan susu lagi.


JUM'AT, 11 FEBRUARI 2011, 14:00 WIB

Ita Lismawati F. Malau


SURABAYA POST- Sesuai dengan ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) susu berlabel formula itu sebenarnya susu yang dibeli sesuai petunjuk/resep dokter serta tidak bisa dijual bebas.

"Di Indonesia ada susu formula untuk bayi baru lahir sampai orang yang mau meninggal dunia serta dijual bebas tanpa resep dokter. Kalau ada orang WHO ya pasti terkejut," kata Rizal Altway, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo (RSUD), Jumat 11 Februari 2011.

Dia lantas mengutip aturan lain yang tercantum dalam Peraturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981 tentang Pemasaran Pengganti ASI. "Di antaranya disebutkan, fasilitas kesehatan tidak boleh digunakan untuk promosi susu formula atau produk sejenis memajang produk pengganti ASI, serta tidak boleh menerima donasi atau membeli susu formula dengan harga diskon," terangnya.

Sebenarnya, Indonesia pun memiliki aturan soal pemasaran susu formula ini dalam Surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor 237 tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu. Namun, dia menilai pelaksanaan dan pengawasan aturan ini di lapangan kurang maksimal.

Disamping itu, menurut dia, tidak adanya sanksi yang tegas dan jelas soal hal ini membuat produsen susu semakin gencar saja memasarkan produk susunya. " Lihat saja produk susu formula semakin banyak beredar bebas di masyarakat," ungkap Rizal.

Ia menjelaskan, sebenarnya setelah berusia 2 tahun, anak tidak membutuhkan susu. Seluruh kecukupan kalori dan nutrisinya diharapkan terpenuhi dari beragam bahan makanan sehat alami yang diberikan kepadanya. "Untuk batita 1-2 tahun, cukup berikan 200 mililiter susu formula (sekitar 50 gram susu bubuk) pada jeda waktu antara makan siang dan makan malam. Anda bisa memberikannya setelah si kecil menghabiskan kudapan sore atau di antara waktu makan siang/malam dan mengudap," tuturnya.

Rizal mengatakan, orangtua jangan menyerahkan tanggung jawab tumbuh-kembang anak pada susu sapi dengan menempatkan susu sebagai makanan utama penunjang pertumbuhan batita. "Perlakukan susu sama derajatnya dengan makanan bergizi lainnya. Jangan mudah terprovokasi dengan mengikuti anjuran produsen susu agar memberikan susu formula minimum dua gelas per hari pada anak balita (seperti anjuran dalam label kemasan)," saran dokter yang juga penggerak program Inisiasi Menyusui Dini dan ASI eksklusif 2 tahun.

Ketimbang ribut-ribut soal merek susu apa yang terkontaminasi bakteri, Rizal menyarankan masyarakat menyebarkan informasi soal ASI eksklusif 2 tahun. " Selain lebih sehat ASI juga dapat memenuhi seluruh kebutuhan bayi dan keunggulannya tidak bisa digantikan dengan susu lain," tuturnya.

Sementara dokter spesialis anak dari Perhimpunan Peritanologi Indonesia, Asti Praborini, mengatakan masyarakat Indonesia salah kaprah dari awal soal penggunaan susu formula. "Ini berawal dari kekurangpahaman, termasuk di kalangan tenaga kesehatan," ujarnya.

Menurut Asti, sangat wajar bila ASI belum langsung keluar sesaat setelah persalinan sehingga petugas kesehatan segera memberikan susu formula. "Padahal, sebetulnya tidak perlu demikian," ujar Asti.

Ia kemudian menjelaskan, saat berada di dalam kandungan, bayi mendapat asupan melalui plasenta sehingga dapat dikatakan lambung berpuasa selama bayi di kandungan. "Begitu lahir, kapasitas lambung bayi hanya sebesar kelereng. Bayi belum membutuhkan banyak ASI dan umumnya produksi air susu ibu baru melahirkan masih sedikit. Setelah sepuluh hari, kapasitas lambung mulai bertambah menjadi sebesar bola pingpong," ujarnya.

Terkadang dibutuhkan beberapa hari baru produksi ASI lancar dan memadai jumlahnya. "Jika ibu terus menyusui sekalipun air susu belum keluar, itu ikut merangsang produksi air susu," katanya.

Kekhawatiran lain yang menghambat proses menyusui ialah kekhawatiran berat badan bayi turun. "Turunnya berat bayi selama 6-7 hari setelah dilahirkan merupakan hal normal. Pada hari kesepuluh baru berat badan bayi mulai naik," jelasnya.

Asti berpandangan, sedapat mungkin ibu harus berjuang memberikan ASI bagi bayinya. "ASI tidak hanya mengandung komponen makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak, tetapi juga mikronutrien, vitamin, dan mineral. Kekentalan ASI pun sesuai saluran cerna bayi. ASI menyediakan semua yang dibutuhkan bayi pada masa-masa awal kehidupannya."

Laporan: Nirmala Ali / • VIVAnews

ULASAN WIED HARRY:
Produsen susu formula adalah raksasa bisnis dengan kemampuan finansial hampir tak terbatas. Mereka bisa melakukan promosi dengan cara apa pun untuk merayu konsumen. Bahkan, sampai Pemerintah, dokter, serta ahli gizi pun menyerah - meskipun ada juga sejumlah kecilll dokter dan sejumlah kecilll ahli gizi yang mengabaikan. Karena itu, kita sendirilah yang harus menjadi benteng pertahanan terakhir agar susu formula tidak sampai menjadi "makanan utama" bayi-balita kita. Serahkan kesehatan dan tumbuh-kembang bayi-balita Indonesia hanya kepada ASI dan (setelah bayi berusia 6 bulan) makanan segar alami penuh gizi. Bukan susu formula!