Hari ini di kantor saya ada acara makan-makan syukuran, dengan aneka menu prasmanan, yang cukup sehat karena cukup banyak aneka sayuran dan buah.
Terdengarlah percakapan berikut di antara dua karyawan :
Karyawan A : “Bu, kok nggak ngambil sayurnya?”
Karyawan B : “Wah, Pak, saya nggak suka menu-menu sayurnya. Saya sangat pemilih kalau untuk masalah sayur.”
Duh, prihatin sekali mendengarnya. Kalau yang berkata demikian adalah anak-anak, saya masih bisa mengerti. Anak-anak masih mengikuti kesenangan, dan belum berpikir panjang tentang mana yang baik dan mana yang buruk.
Tapi orang dewasa, seharusnya sudah tidak lagi “dikendalikan” oleh kesenangan. Seharusnya orang dewasa sudah menyadari, bahwa makanan itu bukan sekedar kebutuhan di mulut saja dengan rasa yang enak, tetapi lebih jauh lagi adalah kebutuhan tubuh, untuk kesehatan.
Celetukan lain yang juga tadi terdengar adalah :
“Wah, udang dan cumi nih, kalau di sini sih nggak ada kolesterol. Kolesterol adanya di hasil pemeriksaan laboratorium saja.”
“Waduh, makanannya enak-enak semua nih, sampe kekenyangan saya karena ingin mencoba semuanya.”
Maka sebaiknya, makanan itu tidak perlu enak. Karena kalau terlalu enak, kita malah jadi terlena, makan terlalu banyak yang sebenarnya tidak diperlukan tubuh, atau malah kurang baik bagi tubuh.
Dan dari sisi Islam pun, sepertinya sejalan, karena prinsipnya makan dengan menjaga proporsi 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk air, dan 1/3 untuk udara, serta berhenti sebelum kenyang. Hal ini akan sulit kita lakukan jika kita disuguhi aneka makanan yang enak-enak.
Wednesday, June 8, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment