Sunday, January 2, 2011

Untuk Kita dan Bangsa : Mari Beralih ke Singkong

Tepung terigu yang menjadi bahan dasar berbagai makanan harian kita seperti mi, roti, dan pasta ternyata kurang baik bagi kesehatan.

Pada tepung terigu terdapat gluten yang sulit dicerna, yaitu membutuhkan waktu 3 x 24 jam, dibandingkan dengan makanan lain yang selesai dicerna dalam waktu 1 x 24 jam.

Lebih lengkap tentang pembahasan terigu dari sisi kesehatan dapat dilihat pada tulisan saya sebelumnya.

Kita coba bahas sisi lain, yaitu sisi ekonomi, hehe, sekali-sekali kita bahas ekonomi ya..

Dalam perspektif ekonomi, tepung terigu ini ternyata juga menjadi sumber masalah lain.

Tahukah Anda bahwa untuk memasok kebutuhan terigu pada makanan kita setiap hari itu, Indonesia harus 100% mengimpor gandum? Itu karena gandum tidak bisa tumbuh di Indonesia!

Dan di tahun 2010, volume impor gandum adalah sebesar 4.000.000 ton! Itu pun masih kurang, karena masih ditambah lagi dengan impor 500.000 ton tepung terigu!

Saya belum menemukan data nilai rupiahnya.
Namun kita coba asumsikan saja.

Jika harga jual terigu saat ini sekitar Rp 12.000 per kg, maka anggaplah harga impor terigu Rp 9.000 per kg, dan harga impor gandum Rp 2.000 per kg.

Maka total impor gandum dan terigu 2010 adalah :
Rp 9.000 x 1.000 kg x 500.000 ton (terigu)
Ditambah dengan
Rp 2.000 x 1.000 kg x 4.000.000 ton (gandum)
Sama dengan... (Waduh ni nolnya banyak banget yah..)
4.500.000.000.000 +
8.000.000.000.000
12.500.000.000.000
Rp 12.5 Trilyun!

Alangkah sayangnya uang sedemikian besar kita "buang" ke negara lain, untuk sesuatu yang ternyata kurang sehat pula..

Lalu, kita tidak bisa lagi makan mi, roti, dan pasta?
Mungkin idealnya begitu :-)
Tapi, sekarang sudah ada solusinya. Sudah ada tepung singkong, yang disebut mocaf (modified cassava flour), yang dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu dalam berbagai bahan makanan.

Singkong merupakan tanaman yang sangat mudah tumbuh di negeri kita. Produksi singkong Indonesia di tahun 2010 sebanyak 22 juta ton. Yang sebagian besar masih digunakan sebagai bahan dasar yang tidak bernilai tambah.

Pemerintah saat ini memang mulai menggalakkan peralihan bahan makanan pokok ke singkong, melalui program pemberian insentif bagi petani yang bersedia menanam singkong. Anggaran pemerintah tahun 2011 untuk program ini Rp 203 milyar.

Jika kita coba hitung, maka biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk per kg singkong adalah sekitar :
Rp 203.000.000.000 / 22 milyar kg
= Rp 10 saja!

Dan kalau kita mau mengganti seluruh kebutuhan tepung terigu dengan mocaf, total 4.5 juta ton, dengan asumsi 1 kg mocaf (yang merupakan singkong yang dikeringkan lalu dihaluskan) dihasilkan dari 2 kg singkong, maka biaya yang perlu dikeluarkan pemerintah hanya sekitar Rp 100 milyar saja!
Bandingkan dengan biaya impor gandum dan terigu Rp 12.5 trilyun tadi!

Jika peralihan dari tepung terigu ke mocaf dapat terus digalakkan, maka kemakmuran akan kembali kepada rakyat kita juga. Negara terbebas dari ketergantungan impor gandum dan terigu. Selisih dana yang tersedia bisa dimanfaatkan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.

Masyarakat pun akan sehat, terbebas dari gluten, dan mendapatkan tepung mocaf dengan harga yang lebih murah dari tepung terigu. Secara keseluruhan bisa berdampak pada menurunnya biaya kesehatan dan pangan, sehingga dapat dialokasikan ke biaya pendidikan, misalnya.

Sepertinya solusi yang ideal ya? Yuk kita mulai, sehat dan hemat untuk kita dan baik juga untuk bangsa :-)

No comments:

Post a Comment