Seringkali kita mendengar pernyataan berikut :
"Wah, saya sih kalau batuk pilek, nggak akan sembuh kalau belum dikasih antibiotik"
atau..
"Aduh, batuk pilek saya udah parah nih, kayaknya udah harus ke dokter, supaya dikasih antibiotik"
atau..
"Dikasih antibiotik aja ya Dok, supaya cepat sembuh"
Sebenarnya, seberapa jauh pernyataan-pernyataan tersebut memang benar secara medis? Mari kita baca tulisan di bawah ini. Semoga bermanfaat :-)
Penggunaan Obat Rasional
disalin sebagian dari artikel dr. Fransisca Handy, SpA, IBCLC on January 5th, 2011
http://aimi-asi.org/2011/01/asi-dan-penggunaan-obat-rasional/
Apakah yang dimaksud dengan penggunaan obat rasional (POR)?
Di tubuh kita terdapat jutaan bakteri baik. Bakteri baik ini terdapat di dalam usus dan berkembang biak di sana, melindungi kita dari berbagai penyakit akibat bakteri jahat.
Selain itu kita juga memiliki zat kekebalan lain berupa aneka sel darah putih dengan macam-macam fungsi dalam jumlah berlimpah mulai dari anti-infeksi, anti radang, pelapis usus, anti alergi dan sebagainya.
Dari makanan pun, kita bisa memperoleh berbagai perlindungan. Terutama dari makanan alami. Apakah yang terkandung dalam makanan pendamping alami yang tidak akan terdapat dalam makanan olahan pabirk? Enzim, vitamin dan mineral alami yang juga punya daya perlidungan luar biasa bagi kita.
Sekarang, mari kita telaah perjalanan kita ketika kita jatuh sakit. Kita ambil contoh saja penyakit yang ringan yang ditandai dengan gejala seperti batuk, pilek, demam dan diare atau muntah.
Apakah yang umumnya terjadi ketika kita atau anak kita sakit? Kita akan pergi ke fasilitas kesehatan (dokter atau rumah sakit) dan sepulang dari dokter / rumah sakit, kita akan dibekali dengan satu atau lebih obat. Jika yang sakit adalah anak kita, puyer berisikan beberapa obat yang disatukan disertai sirup anti demam umumnya diberikan. Antibiotik tak lupa disertakan, dapat disertakan dalam puyer atau pun dalam bentuk sirup yang terpisah.
Pernah dilakukan pengecekan atas resep yang sering diberikan pada pasien flu dan diare.
Resep pertama diberikan pada bayi 1 bulan, ASI eksklusif, dgn keluhan “flu”. Resep kedua diberikan pada bayi 3 bulan, ASI eksklusif, dengan diare akut, tanpa perdarahan. Kedua resep puyer ini mengandung Luminal, obat anti kejang, untuk apa bayi batuk pilek atau diare dapat obat anti kejang? Efek sampingnya amat berbahaya: perlambatan irama jantung, tekanan darah rendah, henti napas dan depresi sistem saraf pusat. Rewel bukan indikasi pemberian obat anti kejang, rewel lumrah terjadi saat sakit, tenangkanlah anak kita. Kedua resep ini juga mengandung antibiotik (eritrhomycin dan nifural) yang sama sekali tidak diperlukan. Obat-obat lain dalam resep ini juga tidak ada pada pedoman batuk pilek dan diare tanpa perdarahan.
Gejala batuk pilek demam dan diare sebagian besar disebabkan oleh virus. Virus ini pada umumnya adalah self limiting disease atau sembuh sendiri. Sementara antibiotik HANYA dapat mematikan atau melemahkan bakteri, bukan virus. Antibiotik tidak dapat mengenali mana bakteri baik dan mana yang jahat, sehingga bakteri baik akan selalu ikut dihantam oleh antibiotik yang dikonsumsi kita dan anak kita. Sia-sia lah usaha mengumpulkan bakteri baik yang selama ini sudah dilakukan.
Semakin sering kita dan anak kita minum antibiotik, semakin sering kita sakit, karena berkurangnya bakteri baik yang membantu pertahanan tubuh. Penggunaan antibiotik secara tidak rasional juga menyebabkan timbulnya resistensi atau berubahnya sifat bakteri menjadi tahan terhadap antibiotik sehingga suatu saat kita dapat kembali ke era sebelum antibiotik ditemukan. Antibiotik menyelamatkan hidup, maka kita harus menyelamatkan antibiotik dengan menggunakannya secara rasional. Bila tidak ada indikasi untuk pemberian antibiotik, STOP segera, tidak ada isitilah “terlanjur minum antibiotik”, sebaliknya bila memang ada indikas taati aturan minumnya dengan baik.
Batuk pilek demam dan diare sampai tahap tertentu sesungguhnya adalah cara tubuh untuk bertahan ketika virus masuk ke dalam tubuh (infeksi virus). Batuk menjaga supaya jalan napas bersih dari lendir yang dihasilkan lebih banyak ketika ada infeksi virus dan batuk juga menjaga supaya kuman baru tidak masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan di saat tubuh sedang berusaha melawan virus yang sudah masuk. Begitu juga dengan pilek, tubuh berusaha mengeluarkan virus melalui lendir yang diproduksi hidung. Pilek yang mulai kehijauan sama sekali tidak berarti bahwa ada infeksi bakteri. Kehijauan semata-mata karena banyak sel darah putih yang terkandung dalam lendir yang bereaksi dengan oksigen yang terjadi justru di akhir masa sakit atau dalam proses penyembuhan. Bila hidung tersumbat, dapat digunakan obat tetes hidung untuk membantu mengurangi sumbatan.
Bagaimana dengan demam ? Demam adalah tanda bahwa pertahanan tubuh sedang bekerja. Setiap kali ada kuman masuk ke dalam tubuh, secara otomatis tubuh akan bereaksi dan reaksi ini menghasilkan zat yang menyebabkan suhu tubuh naik. Suhu tubuh yang naik ini juga membuat sel pertahanan tubuh dapat bekerja lebih optimal. Oleh karena itu kita tidak disarankan untuk mengobati demam yang ringan agar masa sakit dapat berlangsung lebih singkat karena tubuh diberi kesempatan untuk melawan si kuman. Benar bahwa demam dapat menyebabkan dehidrasi dan kejang, oleh karena itu perlu dipantau, diberi cairan lebih banyak (ASI untuk bayi), dikompres hangat dan diberi obat demam hanya bila suhu di atas 38,5 derC (pada anak usia 1 tahun atau lebih). Diare akut tanpa perdarahan umumnya disebabkan juga oleh virus. Diare membantu tubuh membuang virus yang masuk, sehingga pemberian anti diare pada anak tidaklah dianjurkan oleh WHO. Tata laksana diare yang utama adalah mengganti cairan yang keluar. Untuk bayi, ASI adalah pengganti cairan terbaik, oralit dapat diberikan jika diperlukan.
Pedoman tata laksana kasus bagi dokter maupun bidan dan perawat sebenarnya telah lama ada. WHO telah mengenalkan Manajemen Terpadu Balita Sakit untuk bidan dan perawat. Untuk dokter WHO telah mengenalkan Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Sebetulnya dengan mematuhi pedoman yang ada, rasionalitas tata laksana yang dilakukan tenaga kesehatan dapat lebih terarah. Namun, hal ini juga memerlukan kerjasama dari kita semua.
Tekanan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan resep, terutama resep tertentu seperti antibiotik atau puyer atau vitamin botolan kerap terjadi (vitamin jauh lebih baik yang berasal dari buah bukan?). Tahukah Anda, bahwa Indonesia adalah satu-satunya Negara yang masih meresepkan obat berbentuk puyer. Puyernya sendiri tidak terlalu masalah, yang berbahaya adalah praktik mencampur aneka obat menjadi satu yang belum tentu diperlukan anak kita. Padahal berdasarkan pedoman untuk tata laksana kasus-kasus ringan yang saya ceritakan di atas tidak memerlukan peresepan apapun, kecuali untuk obat anti demam bila ada indikasi. Setiap kunjungan ke tenaga kesehatan, pastikan kita dan buah hati kita mendapatkan hanya yang terbaik.
Mari kita bersama mengusahakan agar setiap kita dan semua anak Indonesia mendapatkan semuanya serba Standard Emas, bedasarkan pedoman, berbasis bukti yang kuat. Hidup POR !!
Wednesday, January 5, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment