Mi instan, iklannya sedemikian gegap gempita, dan sudah pula
menjadi makanan favorit bagi banyak sekali orang Indonesia, dengan rasa gurih
nikmat yang sangat menggoda :-)
Praktis dan nikmat, biasanya itu yang menjadi alasan utama. Di sisi lain, sudah makin banyak dipahami bahwa mi instan itu sebenarnya kurang
sehat.
Kalau saya coba definisikan, ada 4 tingkat kurang sehatnya
mi instan.
Pertama, kandungan MSG.
Untuk faktor kurang sehat tingkat pertama ini, sebenarnya sudah
banyak yang menyadari. Dan seperti saya, entah karena sugesti ataupun memang
ada dampak fisik, biasanya memang pusing kalau setelah makan mi instan dengan
bumbu lengkap.
Mereka yang sudah menyadari buruknya MSG tapi masih tetap
tidak bisa meninggalkan mi instan, biasanya makan mi instan dengan separuh bumbu,
atau bahkan tanpa bumbu sama sekali, diganti dengan bumbu buatan sendiri. Dan
sebenarnya, jika kita memasak mi instan tanpa bumbu sama sekali, lebih baik
kita beli mi telur yaa?
Namun, di luar MSG, masih ada faktor kurang sehat dari mi
instan, yaitu faktor kedua berikut.
Kedua, pengawet/anti lengket pada mi.
Ada yang mengatakan bahwa makan mi tidak apa-apa, toh orang
Cina setiap hari makan mi, tapi sehat-sehat saja. Saya pernah bicara juga
dengan seorang keturunan Cina, dia bilang memang ada mi yang sehat-sehat saja,
tapi, banyak juga mi yang mengandung pengawet dan bahan berbahaya.
Pada mi instan, ada resiko penggunaan pengawet dan zat anti
lengket yang membuat mi tidak saling berlengketan. Kalau kita pernah lihat mi
yang fresh, biasanya lengket dan perlu diberi tepung.
Mereka yang sudah menyadari ini, biasanya masak mi instan
kemudian membuang air rebusan pertama, untuk menghilangkan zat-zat yang
dianggap kurang baik, dan memberikan air baru yang direbus kembali untuk
menjadi kuahnya.
Namun, masih ada faktor lain kurang sehatnya mi instan,
yaitu faktor ketiga berikut.
Ketiga, terigu sebagai bahan baku mi instan.
Bagi mereka yang lebih memperhatikan kesehatan, terigu
biasanya termasuk salah satu bahan yang dihindari karena kandungan gluten pada
terigu berdampak memperberat pencernaan. Bahkan pada beberapa orang, terigu
sama sekali dilarang, misalnya mereka yang autis. Berikut tulisan dari Pak
Wied, pakar gizi, tentang terigu.
Maka mereka yang
menyadari ini, biasanya mencari mi dengan bahan non terigu, seperti bihun dari
beras, mi singkong, dan aneka mi sayur yang walaupun masih menggunakan terigu
tetapi sudah dikombinasikan dengan sayur. Rasanya memang agak berbeda dengan mi terigu, tetapi lumayan untuk "pengobat rindu" :-)
Namun, bagi mereka yang sangat peduli dengan kesehatan,
masih ada faktor kurang sehatnya mi ini, yaitu faktor keempat berikut.
Keempat, mi adalah makanan olahan.
Walaupun terbuat dari singkong ataupun sayur sekalipun,
ketika menjadi mi, maka sudah terjadi proses pengolahan yang panjang. Padahal
makanan yang paling sehat adalah yang paling dekat dengan kondisinya di alam,
yang sesegar mungkin. Seperti yang dijelaskan di buku dr. Hiromi Shinya tentang enzim.
Maka mereka yang menyadari ini akan meminimalkan mi,
walaupun itu mi sayur, mi beras, mi singkong, karena yang mereka cari adalah
makanan yang sehat, segar, alami. Sayur segar, kentang segar, singkong dan
singkong segar.
Dan untuk mereka ini, rasa bumbu mi instan yang “super gurih
nikmat” itu tidak lagi terasa nikmat, karena rasa alami inilah yang justru
mereka sudah terbiasa.
Berminat berpindah ke hidup makin sehat? Yuk pelan-pelan
beralih, bisa mengikuti tahap-tahap di atas :-)
No comments:
Post a Comment