Wednesday, October 10, 2012

4 Tingkat Kurang Sehatnya Mi Instan



Mi instan, iklannya sedemikian gegap gempita, dan sudah pula menjadi makanan favorit bagi banyak sekali orang Indonesia, dengan rasa gurih nikmat yang sangat menggoda :-) Praktis dan nikmat, biasanya itu yang menjadi alasan utama. Di sisi lain, sudah makin banyak dipahami bahwa mi instan itu sebenarnya kurang sehat. 

Kalau saya coba definisikan, ada 4 tingkat kurang sehatnya mi instan.

Pertama, kandungan MSG.

Untuk faktor kurang sehat tingkat pertama ini, sebenarnya sudah banyak yang menyadari. Dan seperti saya, entah karena sugesti ataupun memang ada dampak fisik, biasanya memang pusing kalau setelah makan mi instan dengan bumbu lengkap.

Mereka yang sudah menyadari buruknya MSG tapi masih tetap tidak bisa meninggalkan mi instan, biasanya makan mi instan dengan separuh bumbu, atau bahkan tanpa bumbu sama sekali, diganti dengan bumbu buatan sendiri. Dan sebenarnya, jika kita memasak mi instan tanpa bumbu sama sekali, lebih baik kita beli mi telur yaa?

Namun, di luar MSG, masih ada faktor kurang sehat dari mi instan, yaitu faktor kedua berikut.

Kedua, pengawet/anti lengket pada mi.

Ada yang mengatakan bahwa makan mi tidak apa-apa, toh orang Cina setiap hari makan mi, tapi sehat-sehat saja. Saya pernah bicara juga dengan seorang keturunan Cina, dia bilang memang ada mi yang sehat-sehat saja, tapi, banyak juga mi yang mengandung pengawet dan bahan berbahaya.

Pada mi instan, ada resiko penggunaan pengawet dan zat anti lengket yang membuat mi tidak saling berlengketan. Kalau kita pernah lihat mi yang fresh, biasanya lengket dan perlu diberi tepung.

Mereka yang sudah menyadari ini, biasanya masak mi instan kemudian membuang air rebusan pertama, untuk menghilangkan zat-zat yang dianggap kurang baik, dan memberikan air baru yang direbus kembali untuk menjadi kuahnya.

Namun, masih ada faktor lain kurang sehatnya mi instan, yaitu faktor ketiga berikut.

Ketiga, terigu sebagai bahan baku mi instan.

Bagi mereka yang lebih memperhatikan kesehatan, terigu biasanya termasuk salah satu bahan yang dihindari karena kandungan gluten pada terigu berdampak memperberat pencernaan. Bahkan pada beberapa orang, terigu sama sekali dilarang, misalnya mereka yang autis. Berikut tulisan dari Pak Wied, pakar gizi, tentang terigu

Maka mereka yang menyadari ini, biasanya mencari mi dengan bahan non terigu, seperti bihun dari beras, mi singkong, dan aneka mi sayur yang walaupun masih menggunakan terigu tetapi sudah dikombinasikan dengan sayur. Rasanya memang agak berbeda dengan mi terigu, tetapi lumayan untuk "pengobat rindu" :-)

Namun, bagi mereka yang sangat peduli dengan kesehatan, masih ada faktor kurang sehatnya mi ini, yaitu faktor keempat berikut.

Keempat, mi adalah makanan olahan.

Walaupun terbuat dari singkong ataupun sayur sekalipun, ketika menjadi mi, maka sudah terjadi proses pengolahan yang panjang. Padahal makanan yang paling sehat adalah yang paling dekat dengan kondisinya di alam, yang sesegar mungkin. Seperti yang dijelaskan di buku dr. Hiromi Shinya tentang enzim.

Maka mereka yang menyadari ini akan meminimalkan mi, walaupun itu mi sayur, mi beras, mi singkong, karena yang mereka cari adalah makanan yang sehat, segar, alami. Sayur segar, kentang segar, singkong dan singkong segar.

Dan untuk mereka ini, rasa bumbu mi instan yang “super gurih nikmat” itu tidak lagi terasa nikmat, karena rasa alami inilah yang justru mereka sudah terbiasa. 

Berminat berpindah ke hidup makin sehat? Yuk pelan-pelan beralih, bisa mengikuti tahap-tahap di atas :-)

No comments:

Post a Comment