Kemarin baru ada teman saya cerita, tentang temannya yang
baru saja meninggal di usia 40, karena stroke. Tekanan darah ketika serangan
stroke 260 (normal 120). Wow!
Saya yang cukup peduli dengan masalah hipertensi langsung
memberondong teman saya itu dengan berbagai pertanyaan.
Apakah selama ini memang sudah ada kecenderungan hipertensi?
Apakah sudah dilakukan terapi untuk hipertensinya? Apakah ini serangan pertama,
atau ke sekian?
Ternyata jawabannya demikian :
Sang teman selama ini anti dokter. Tidak pernah mau dibawa
ke dokter. Kalau diajak atau diingatkan, marah. Dan kejadian stroke ini baru
pertama kali, dan menyerang ketika dia sedang emosi karena marah pada
karyawannya.
Waduh.
Memang ada orang yang anti dokter, anti obat medis. Tetapi
seharusnya indikasi-indikasi kesehatan tetap harus dipantau. Karena bila kita
tahu ada yang menjadi masalah, kita bisa lebih hati-hati, bisa lebih waspada,
bisa menjaga diri, bisa memilih makanan, bisa memperbanyak olah raga, bisa
mencoba aneka solusi herbal kalau memang
anti obat dokter.
Tapi, memang ada sebagian orang yang memilih untuk tidak
tahu. Agar tidak menjadi cemas, kepikiran. Walaupun buat saya ini tidak logis,
tetapi kenyataannya ada yang berpikir demikian.
Dan salah satu alasannya adalah bahwa usia sudah
ditakdirkan, kalau sudah waktunya wafat, akan wafat. Kalau belum waktunya, akan
tetap hidup.
Tetapi, selama masih ada yang bisa diusahakan, bukankah
lebih baik kita berusaha agar tetap sehat, menjaga amanah tubuh yang dititipkan
Tuhan pada kita?
Namun, barangkali memilih untuk tidak tahu pun, adalah jenis
upaya juga yaa.. Karena dia memahami dirinya sendiri, bahwa kalau dia tahu
bahwa dia sakit, dia malah akan makin stress..
Setiap orang punya cara berjuangnya sendiri.. Mungkin..
No comments:
Post a Comment