Beberapa waktu yang lalu, saya menerima email di milis Green Lifestyle, yang isinya tentang kelompok masyarakat mandiri, yang hidupnya sangat ramah lingkungan.
Salah satu cirinya adalah, setiap keluarga menanam sendiri bahan makanannya.
Lho, apa hubungannya dengan ramah lingkungan?
Wooo, berhubungan sekali duong :-)
Dengan menanam sendiri bahan makanannya, maka mereka mengurangi rantai transaksi yang notabene berkaitan dengan rantai transportasi bahan makanan tersebut dari petani sampai ke pembeli.
Pernah membayangkan perjalanan semangkuk sayur bayam sejak ditanam hingga sampai ke meja makan kita?
Pertama, sayur bayam dipanen di sebuah gunung di sebuah desa. Dari desa di gunung itu, si bayam dibawa oleh petani naik motor ke pusat pembelian, di pusat desa. Dari sana, oleh pemborong, si bayam dibawa ke kota dengan truk, ke pasar induk. Dari pasar induk, dibeli oleh penjual sayur, dibawa lagi naik motor atau bajaj. Kemudian, kita berangkat ke pasar, naik mobil, membeli sang bayam yang sudah sangat lelah melalui perjalanannya yang sudah menghasilkan beberapa kg CO2 itu.
Dan ini masih contoh sayur yang diproduksi lokal. Bagaimana jika impor? Lebih panjang lagi ceritanya.
Nah, maka jika kita menanam sendiri sayuran untuk kita makan, kita akan mengurangi banyak sekali sampah CO2.
Nah dari tulisan itu, saya masih belum terpikir untuk mencoba menanam sayur di rumah. Saya hanya berpikir bahwa gagasan itu cukup baik, tapi rasanya agak sulit diimplementasikan. Apakah semua orang harus punya ladang?
Dua minggu lalu, datanglah motivasi kedua, milis favorit saya satu lagi yaitu Gizi Bayi Balita yang diasuh oleh Pak Wied Harry.
Ternyata selain ramah lingkungan, menanam sayur sendiri juga sehat. Sayur akan kita dapatkan dalam kondisi segar, dengan vitamin dan berbagai kandungan gizi yang lebih optimal.
Apa lagi menurut dr. Hiromi Shinya dalam buku Miracle of Enzyme, makanan terbaik, yang masih banyak mengandung enzim, adalah makanan yang segar, yang sedekat mungkin dengan dilepaskannya dari tempat tumbuhnya.
Maka sayapun mulai browsing, bagaimana sih cara kongkritnya menanam sayur di rumah? Ternyata, sudah banyak yang mulai melakukan, dan tidak perlu ladang luas berhektar-hektar. Karena toh kita tidak berencana untuk menjadi penjual sayuran. Cukup di pot saja. Kembali menurut Pak Wied, daripada menanam tanaman hias, coba diganti dengan sayur mayur. Woww, ide yang brilian!
Motivasi ketiga, penghematan :-)
Hari gini gitu loh, TDL naik, semua harga naik, dengan menanam sayuran sendiri, mudah-mudahan akan banyak penghematan yang bisa dilakukan.
Lalu, apakah saya sudah mulai?
Sudah, tapi baru sampai tahap pembelian beberapa bibit tanaman :-)
Yaitu bayam, sawi, tomat, dan buncis. Beli di mana? Hasil browsing juga, ternyata ada beberapa toko online yang menjual bibit sayuran. Tinggal SMS, transfer, bibit pun datang ke rumah :-)
Mudah-mudahan dalam minggu-minggu ini, sudah bisa dimulai penanamannya. Akan saya infokan perkembangannya di blog naturafia. Tunggu yaa :-)
Referensi :
- Diskusi tentang masyarakat mandiri di milis Greenlifestyle
- Diskusi tentang menanam sayur di milis Gizi Bayi Balita
- Miracle of Enzyme, dr. Hiromi Shinya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment