Tuesday, June 22, 2010

Apakah Metode Alami Hanya Efektif untuk Orang Tertentu?

Seperti yang saya sarankan pada tulisan sebelumnya, metode alami dapat membantu kita dalam melawan penyakit akibat virus. Metode alami antara lain dilakukan dengan minum banyak air putih, makan banyak sayur dan buah, serta minum madu dan produk lebah lainnya.

Namun, cara ini ternyata dirasa kurang efektif bagian sebagian orang. Ada yang sudah mencoba metode tersebut, tapi penyakit tidak juga berkurang, malah makin parah.

Sebagian orang yang lain mencoba hal yang sama, dan berhasil sembuh dengan cepat.

Kok bisa memberikan hasil yang berbeda? Apa yang menyebabkannya?

Hal ini bisa dilihat dari dua sisi.

Yang pertama, berkaitan dengan hal non fisik, yaitu berkaitan dengan pemikiran dan keyakinan.

Salah satu faktor penting dalam penyembuhan penyakit adalah keyakinan hati dan pikiran kita bahwa metode yang kita lakukan dapat membawa kesembuhan. Yang penting yakin. Jika kita yakin, bahkan obat plasebo pun dapat menyembuhkan. Jika kita tidak yakin, obat antibiotik paling dahsyat pun, bisa saja tidak berhasil juga menyembuhkan.

Jadi, jika ada yang tidak berhasil menerapkan metode alami untuk menyembuhkan penyakit, kemungkinan pertama adalah karena kurangnya keyakinan bahwa metode alami itu dapat menyembuhkan.

Yang kedua, berkaitan dengan kondisi fisik pada tubuh orang yang bersangkutan.

Metode alami adalah pendekatan optimalisasi, intensifikasi, pendayagunaan daya tahan tubuh, dari dalam tubuh sendiri.

Maka metode alami akan lebih efektif pada mereka yang kondisi tubuhnya secara umum baik, sehingga masih dapat dioptimalkan, diintensifkan, dan didayagunakan dalam melawan penyakit.

Jika secara umum kondisi tubuh buruk, maka penggunaan metode alami kemungkinan tidak akan efektif.

Sebagai analogi, mungkin dapat diumpamakan dengan sepasukan tentara. Tubuh yang sehat dapat diumpamakan sebagai pasukan tentara yang terampil, kuat, kompak, dan siap tempur. Pada saat ada serangan, dengan memberikan tambahan pasokan senjata dan amunisi, maka pasukan ini dapat menggunakan tambahan pasokan tersebut secara efektif dan memenangkan pertempuran.

Tubuh yang kurang baik kondisinya, dapat diumpamakan sebagai pasukan tentara yang kondisinya mengkhawatirkan. Kurang terlatih, mudah lelah, sulit diatur, dan penakut. Berapapun amunisi dan senjata diberikan, pasukan ini pasti kalah. Satu-satunya cara agar pasukan ini menang adalah dengan menambahkan sekelompok pasukan baru yang memang mampu untuk bertempur. Kembali ke tubuh orang tadi, maka dia perlu obat untuk melawan penyakit.

Lalu bagaimana solusinya? Apakah artinya ada orang yang tidak dapat menerapkan metode alami?

Justru sebaliknya, orang-orang seperti itu harus segera memulai metode alami dan melakukannya secara rutin. Tapi, memulainya memang tidak dapat dilakukan ketika sakit, melainkan dimulai dan dirutinkan ketika sehat.

Dengan demikian, secara bertahap, tubuh mencapai kondisi yang sehat secara umum dengan daya tahan tubuh yang baik. Dan ketika penyakit menyerang, tubuh masih memiliki kekuatan yang dapat didayagunakan dengan cara meningkatkan intensitas penggunaan metode alami, yaitu minum air lebih banyak, makan sayur dan buah lebih banyak, dan minum madu dan produk lebah lainnya lebih banyak.

Metode alami memang sejalan dengan proses-proses di alam. Perlahan dan bertahap.

Jadi, tunggu apa lagi, mari kita mulai dan rutinkan metode alami sebagai kebiasaan harian kita, dan rasakan manfaatnya secara jangka panjang.

Selamat Tinggal PD Bengkak

Salah satu tragedi yang kadang terjadi pada ibu menyusui adalah payudara yang membengkak karena terhambatnya saluran ASI. Tahap yang paling ringan hanya bengkak saja dan sakit di payudara. Tahap berikutnya ditambah dengan demam. Yang lebih parah adalah mastitis, di mana pembengkakan sudah menjadi infeksi dan metode penyembuhannya adalah melalui operasi, seraaaaam!

Bengkak payudara ini sebenarnya bisa dicegah yaitu dengan rutin melakukan pijat payudara dan memastikan payudara untuk selalu dikosongkan.

Pada saya, ini pernah terjadi dua kali. Yang kedua yang agak parah, meskipun tidak sampai mastitis.

Kita mulai kisahnya yaa..

Saat itu anak saya berusia sekitar 8 bulan, sudah lewat masanya ASI eksklusif. Saya yang working mom, masih rutin memerah di kantor 3 kali dalam sehari, dan menyusui langsung selama di rumah.

Pemijatan payudara pun saya lakukan secara rutin setiap sebelum mandi.

Hari itu saya pulang dari kantor sedikit terlambat. Ketika saya pulang, anak saya sudah mulai mengantuk, yang artinya saya harus segera menyusuinya.

Maka saya mandi dengan terburu-buru dan terpaksa melewatkan ritual pemijatan payudara. Kesalahan pertama.

Sambil sedikit kelelahan karena pulang terlambat itu, saya pun menyusui anak saya sampai akhirnya kami berdua tertidur. Saat itu jam 20an.

Di usia 8 bulan itu, saya menyusui dengan payudara bergiliran. Jadi jika pada suatu waktu anak saya menyusu di payudara kiri, maka di sesi berikutnya, menyusu di payudara kanan. Pengecekannya biasanya cara paling mudah saja, yaitu diingat-ingat dan sambil dirasakan mana yang lebih kempes, berarti sebelumnya sudah disusui.

Jam 23an, anak saya bangun untuk menyusu lagi. Saya yang sedang kelelahan, melewatkan lagi satu prosedur, yaitu pengecekan kekempesan payudara. Saya susukan lagi payudara yang sama dengan yang jam 20 tadi. Kesalahan kedua.

Jam 02 pagi, malapetaka itu pun datang. Badan saya tiba-tiba demam tinggi sampai menggigil. Saya sempat agak panik, wah sakit apa ya saya, apakah menular ke bayi saya?

Saking menggigilnya, saya sampai keluar dari kamar kami yang ber-AC, dan tidur berselimut di sofa, di udara Jakarta jam 2 pagi yang sebenarnya sama sekali tidak dingin.

Sambil demam itu saya baru merasakan ada yang aneh dengan payudara saya. Sepertinya agak sakit.

Saya coba pijat-pijat, wah tidak mempan.

Baru saya ingat-ingat lagi perjalanan dari sore sampai malam tadi. Yaitu dua kesalahan yang saya lakukan. Melewatkan ritual pemijatan dan menyusui dua kali berturut-turut dengan payudara yang sama.

Penyesalan tinggal penyesalan. Siksaan karena payudara bengkak harus dihadapi. ASI sulit dikeluarkan, badan demam, payudara sakit. Lengkap.

Untung ada milis asiforbaby tempat saya mencari masukan soal ASI. Dari berbagai masukan mengenai payudara bengkak ini, ternyata ini langkah-langkahnya.

- Payudara harus tetap disusukan, sambil dipijar-pijat di daerah yang nyeri.
- Lakukan kompres panas dingin bergantian.
- Intensifkan pemijatan.

Metode tradisional yang bisa dicoba juga adalah kompres dengan menggunakan daun kol atau daun cabe rawit.
Untuk daun kol, gunakan daun kol yang dingin (dari kulkas), ambil secukupnya, kompreskan pada payudara. Jika terasa sudah layu, ganti dengan daun yang baru. Lakukan terus menerus, sampai bengkak terasa lebih lunak.
Untuk daun cabe rawit, gunakan daun cabe rawit segar. Cara penggunaannya sama dengan daun kol.

Saya sendiri, menggunakan minyak habbatussauda, yang selain memudahkan pemijatan, juga memiliki kemampuan anti radang sehingga mempercepat penyembuhan bengkak pada payudara.

Akhirnya, 5 hari berjuang, bengkak pun berangsur-angsur mengempis dan akhirnya hilang.
Salah satu point yang penting adalah, bahwa memang payudara bengkak ini tidak bisa sembuh dengan segera, tetapi berangsur-angsur. Sehingga memang perlu kesabaran, ketabahan, dan tetap semangaaaat :-D

Dan untuk mengeluarkan ASI, yang lebih efektif adalah dengan disusukan langsung. Jika menggunakan pompa atau pemijatan, biasanya lebih sulit. Hisapan bayi adalah obat terbaiknya :-)

Sejak saat itu saya tidak mau lagi melewatkan kegiatan harian wajib untuk pemijatan payudara. Dua kali sehari, setiap hari, sebelum mandi. Minyak habbatussauda saya letakkan di kamar mandi di dekat sabun, supaya tidak terlupa :-)

Dan kedua, jangan sampai lupa pergiliran payudara untuk disusukan. Ada satu masukan dari member asiforbaby yang sangat bagus. Untuk mencegah kita lupa payudara mana yang baru saja disusukan, beri tanda pada branya, misalnya dengan pita, atau peniti kecil.

Selamat tinggal payudara bengkak :-)

Senjata di Musim Pancaroba

Musim pancaroba kali ini begitu panjang rasanya. Baru saja hujan lebat, tiba-tiba panas menyengat. Sepanjang hari terik terang benderang, tiba-tiba sore hujan gelap gulita. Kalau badan kita terbuat dari gelas, mungkin sudah pecah karena perubahan suhu seperti itu.

Syukurlah badan kita memang tidak terbuat dari gelas dan tidak pecah. Tapi perlu daya tahan tubuh yang kuat untuk bisa menghadapi musim pancaroba berkepanjangan ini.

Di musim seperti ini, di kantor atau di sekolah biasanya mulai terdengar suara bersin, hidung pilek, suara sengau, dan batuk. Beberapa teman mulai tidak masuk satu dua hari karena sakit. Biasanya kita mulai pasrah "yah sebentar lagi giliran saya deh".

Pancaroba dan virus. Memang hubungan mereka sangat akrab. Dari virus yang ringan-ringan saja seperti flu, yang cukup merepotkan seperti sakit mata, cacar air, dan yang parah seperti demam berdarah.

Terutama pada anak-anak. Yang daya tahannya relatif lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa. Apa lagi yang sudah sekolah, yang sangat aktif dengan berbagai kegiatan di luar ruangan.

Sebenarnya, apakah kita pasti sakit jika ada virus berkeliaran? Apa kita harus menyerah, bahwa jika ada virus maka kita pasti sakit?

Sebenarnya tidak.

Dari tahapan penyerangan virus dikombinasikan dengan teori kemungkinan, maka urutannya adalah sebagai berikut.

Pertama, virus berkeliaran di sekitar kita. Ada dua kemungkinan, kita terserang atau tidak.
Jika tidak terserang, aman, kita tidak sakit.
Jika terserang masuk ke urutan kedua.

Namun di sini memang yang berperan adalah faktor keberuntungan, nasib baik, rezeki kesehatan, agak sulit untuk dibahas secara nyata :-)

Kedua, kita terserang virus. Masih ada dua kemungkinan, kita bisa bertahan, atau tidak.
Jika bisa bertahan, aman, kita tidak sakit.
Jika tidak bisa bertahan, masuk ke urutan ketiga.

Ketiga, virus berhasil membuat kita sakit. Masih ada dua kemungkinan, kita bisa cepat melawan, atau kita lambat melawan atau bahkan tidak melawan sama sekali.
Jika bisa melawan, maka kita hanya akan merasakan gejala awal, tidak sampai parah, lalu kembali sehat.
Jika kita melawan dengan lambat, atau malah tidak melawan, baru di sinilah kita sampai sakit dan bahkan bisa menjadi parah.

Untuk dua tahapan tersebut, maka yang menjadi faktor kunci adalah daya tahan tubuh. Jika daya tahan tubuh baik, kita akan bisa bertahan melawan serangan virus, sejak awal dia datang, sehingga kita tidak menjadi sakit. Kalaupun sampai kita menjadi sakit, daya tahan tubuh itu juga yang membuat kita bisa terus melawan virus, sehingga hanya mengalami gejala awal dan tidak sampai menjadi parah.

Pertanyaannya, bagaimana agar kita selalu memiliki daya tahan tubuh yang baik? Dan apakah ada cara yang alami untuk itu?

Jawabannya, ya ada. Metode alami untuk meningkatkan daya tahan tubuh ada tiga yang utama :

Pertama, banyak minum air putih. Karena tubuh kita 80% terdiri atas air, maka pada air lah letak kunci daya tahan tubuh. Banyak penyakit yang disebabkan karena tubuh kita kekurangan cairan.

Kedua, banyak makan sayuran, buah, dan biji-bijian segar atau yang sesedikit mungkin mengalami pemrosesan, karena masih tingginya kandungan enzim. Karena enzimlah yang merupakan kunci metabolisme tubuh. Enzimlah yang dapat berubah menjadi antibodi ketika virus menyerang.

Dan yang juga sangat penting adalah yang ketiga, yaitu minum madu secara rutin. Madu dan berbagai produk lebah mengandung zat-zat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan berbagai penyakit.

Metode alami ini sebaiknya dilakukan secara rutin ketika kita sehat, dan dapat diintensifkan ketika kita mulai merasa diserang penyakit.

Selamat mencoba, dan semoga kita semua dapat bertahan di musim pancaroba yang panjang ini.